Ternyata Gagal Emang Bikin Nagih Ya?
2 tahun, apa sudah saatnya saya berhenti mengejar? Engga! Saya ngga selemah itu, bukan hal yang mudah untuk bertahan sampai
titik ini. Banyak rasa telah jadi korban, beberapa diantaranya kecewa dan
patah. Tulisan ini dibuat sebagai penenang, karna saya takut akan apa yang
terjadi ditahun pertama setelah lulus SMK kembali terulang.
Kadang semesta suka kelewatan jika membagi
masalah dengan makhluknya. Saya dibiarkan hidup berdampingan dengan rasa takut dan
gagal. Dengan mudah satu persatu harapan saya, kamu patahkan. Tapi mau
berapakalipun kamu mencoba menyudahi. Mimpi – mimpi itu tidak akan pernah
hilang.
“Ternyata gagal emang bikin nagih ya”
Hampir semua cara udah saya coba, agar tidak
ada ruang untuk kecewa masuk. Tapi entah bagaimanapun saya mencoba kemungkinan
gagal akan selalu ada. Berapa banyak penolakan yang sudah diterima, berapa
banyak harapan yang tertunda. Bukanlah akhir dari proses pencarian panjang ini.
“Mari tenang sejenak, akan saya ceritakan
tentang kemungkinan yang akan saya alami ditahun kedua ini”
Awal tahun,
saya disambut dengan kabar penundaan. Saya dapat kesempatan untuk kerja disalah
satu pabrik di bekasi. Sedikit tenang, karna sebentar lagi saya tidak akan jadi
benalu dirumah. Tapi kenyatannya, saya gagal untuk bekerja disana. Karna
katanya tanggal pemberangkatan diundur,
sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan. Terdengar seperti kalimat
pembuka sekaligus paling menyakitkan diawal tahun ini.
Dan
sepertinya saya harus memulai semuanya dari awal, kembali bertualang dengan
amplop cokelat berisikan kertas – kertas putih penuh coretan. Dengan seragam
yang mulai memudarkan warnanya. 2 Minggu berlalu, akhirnya semesta mengganti
rasa patah yang kemarin dengan kabar baik yang dia janjikan dan memaksaku untuk
tumbuh seolah tidak ada luka yang perlu dikhawatirkan.
Ternyata
untuk yang satu ini dia menepati janjinya. Sekarang saya punya tiket untuk
pergi dari rumah dan mencari hal baru dihabitat orang. Hampir 3 bulan saya
bekerja disebuah restaurant di Jakarta Barat. Semuanya nampak baik – baik saja,
sepertinya saya juga nyaman berada diruang tersebut.
Tapi, ada
satu kabar yang mengacaukan semuanya, iyaa semua rencana yang sudah disusun
seketika berubah berantakan. Ngga perlu saya sebut apa kabarnya, karna kamu
juga sudah tau apa jawabannya.
“Saya dapat
kabar dari atasan, sehubungan dengan kondisi yang semakin memburuk jadi untuk
teman – teman yang masih training. Ada beberapa yang nanti akan diistirahatkan
sementara”
Kurang lebih
seperti itu, kalimat yang saya dapat seminggu sebelum saya kembali pulang
kerumah. Berurusan dengan semesta ternyata serumit ini. Ngga nyangka itu akan
jadi kalimat kedua yang berhasil mematakahkan semua harapan yang telah saya
susun.
2 bulan
kabar buruk tersebut berlalu, menjadikan saya seperti tahanan dirumah sendiri.
Angka - angka yang kian hari kian bertambah, setia menemani hari – hari. Harusnya
beberapa hari kemarin saya sudah bisa kembali bekerja disana. Tapi saya lebih
memilih untuk tinggal lebih lama lagi dirumah karna ada satu hal yang perlu
saya pastikan.
2020 masih
menyisakan banyak kejutan dan ujian. Dengan sisa bulan yang ada, mau ngga mau
saya harus tetap bertahan melanjutkan hidup. Walapun saya tau ini ngga mudah,
tapi saya hanya ingin memberikan yang terbaik untuk mimpi dan cita – cita saya.
Beberapa bulan lagi saya akan daftar dan mengikuti ujian SIMAK UI, ini adalah
tahun kedua bagi saya mengikuti ujian tersebut.
“Semoga ngga
sampe yang ketiga ya”
Untuk saat
ini saya ngga punya banyak keingian, ngga banyak hal yang perlu saya wujudkan.
Saya hanya berharap, saya bisa lulus ujian SIMAK UI dan diterima dikampus yang
2 tahun terakhir ini benar – benar jadi sorotan hampir semua organ tubuh saya.
Apapun yang orang pikirkan tentang mimpi saya ini, saya tidak peduli. Saya
hanya perlu bangun dan berlari mengajar mimpi itu.
“Ya walaupun
pada akhirnya, entah itu benar – benar mimpi saya atau bukan. Biarkan saja semesta
menjalankan tugasnya”
Bangun dan
berlari adalah hal yang saya percaya bahwa ini merupakan cara terbaik agar saya
lebih dekat dengan mimpi yang selama ini terus membayangi. Dibanding tidur dan
melanjutkan mimpi yang hanya akan jadi angan – angan. Menanti
kabar baik dan berkesempatan untuk
tumbuh di Universitas Indonesia adalah kunci yang harus saya dapatkan
ditahun ini untuk membuka pintu pertama menuju pintu – pintu berikutnya yang
lebih besar.
Terima kasih
sudah berkenan mengikuti alur tulisan ini sampai dibagian akhir. Secepatnya
akan saya sambung dengan cerita kemenangan.
Komentar
Posting Komentar